TANGGA NADA


TANGGA NADA

Seni musik merupakan simbolisasi pencitraan dari unsur-unsur musik dengan substansi dasarnya suara dan nada atau notasi. Notasi sebagai salah satu elemen musik merupakan simbol musik utama yang berupa nada-nada. Melalui notasi kita dapat menunjukkan secara tepat tinggi rendahnya nada. Nada ditulis dengan simbol. Simbol musik itu dinamakan not. Notasi adalah sistem penulisan lagu ataupun musik menggunakan gambar, angka, maupun simbol-simbol tertentu yang bisa menggambarkan urutan nada, tempo, dan birama.

 

Pengenalan terhadap nada-nada yang merupakan elemen dari unsur dasar melodi pada seni musik adalah proses pembelajaran yang perlu dilakukan. Unsur-unsur musik itu terdiri dari beberapa kelompok yang secara bersamaan membentuk sebuah lagu atau komposisi musik. Meskipun dalam pembelajaran musik pembahasan unsur-unsurnya kita anggap seolah-olah terpisah. Setiap kali pembahasan kita memusatkan perhatian kepada satu unsur musik saja. Akan tetapi, semua unsur itu berkaitan erat, maka dalam pembahasan sebuah unsur musik mungkin pula akan menyinggung unsur yang lain.

 

Sistem penulisan musik dikenal ada penulisan notasi angka yang satuannya berupa angka, sistem penulisan notasi balok yang satuannya berupa gambar, dan notasi huruf yang satuannya berupa huruf. Melalui notasi inilah kita bisa mengenal, lebih jauh sebuah karya musik dengan membaca, menulis dan menyanyikan sebuah lagu. Bahkan lebih dari itu kita bisa menuliskan kembali lagu-lagu ciptaan orang lain maupun lagu ciptaan kita sendiri. Jelasnya, “notasi” merupakan perwujudan dari sebuah  “lagu”,  sedangkan “not”  merupakan  perwujudan  dari “nada”.  M. Soeharto ( 2000 : 11 ). Banyak istilah dan simbol musik yang digunakan untuk sebutan nada. Misalnya:

1.    Nada tonal yaitu nada-nada diatonis untuk musik barat;

2.    Nada modal adalah nada-nada pentatonis untuk musik daerah.

 

A. Tangga Nada Pentatonis

Tangga nada pentatonis hanya terdiri dari lima nada pokok (Penta yang berarti lima; dan Tone yang berarti nada). Nada-nada dalam tangga nada pentatonis tidak dilihat berdasarkan jarak nada, melainkan berdasarkan melalui urutannya dalam tangga nada. Nada dan tangga nada pentatonis ini memiliki istilah sendiri terutama untuk seni karawitan Jawa dan Sunda. Tangga nada pentatonis sendiri terbagi atas dua tangga nada, yaitu pelog dan slendro. Masing-masing jenis tangga nada pentatonis ini mempunyai susunan jarak nada yang berbeda. Selanjutnya terdapat beberapa simbol musik terkait dengan sistem nada pentatonik (berarti lima nada pokok) yang tumbuh dan berkembang di daerah, dilambangkan berikut.

 

1. Karawitan Sunda:
Notasi Daminatila, memiliki lima nada pokok disimbolkan dengan:

No.

Penulisan

1.

Nada Angka

1

5

4

3

2

1

2.

Nada Huruf

T
(tugu)

S (singgul)

G (galimer) 

P
(panelu)

L (loloran)

T
(tugu)

3.

Dibaca

da

la

ti

na

Mi

da


Selain nada pokok, dalam karawitan terdapat pula nada sisipan atau nada hiasan. Nada tersebut dengan istilah lain disebut nada uparenggaswara (Sunda). Misalnya nada Pamiring atau nada meu (2+) Bungur atau nada ni (3-) pananggis atau nada teu (4+) dan sorog atau nada leu (5+). Nada uparenggaswara tersebut dalam istilah musik biasa dikenal dengan sebutan nada kromatik, misalnya f menjadi fis (4). Dalam penyajian karawitan Sunda terdapat beberapa laras yang dapat digunakan untuk bermain musik, baik dalam sajian lagu-lagu maupun sajian gending.

 

Laras yang merupakan susunan nada pentatonis dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu laras salendro dan laras pelog. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para akademisi, laras salendro di daerah Sunda melahirkan tiga laras, yaitu laras salendro, laras degung, dan laras madenda. Sedangkan laras pelog melahirkan tiga surupan, yaitu surupan jawar, surupan sorog, dan surupan Liwung.

 

Atik Soepandi (1975) menjelaskan kata salendro berasal dari kata sala dan indra. Sala – sara – suara, dan indra adalah dewa utama di India, jadi apabila kita simpulkan salendro dapat diartikan suara pertama dalam kata lain disebut tangga nada pertama.
1.    Arti kiasan dari istilah salendro itu sendiri ungkapan nadanya memiliki karakteristik gagah, berani, dan gembira.
2.    Tangga nada untuk laras madenda memiliki karakter sedih, susah, dan bingung, sakit hati.
3.    Laras Degung ungkapan nadanya bersifat tenang dan kadang bingung.
4.    Menurut Soepandi (1975:36) istilah Pelog memiliki arti latah/cadel, maksudnya berbicara atau dalam mengungkapkan sesuatu yang tidak jelas dengan istilah lain disebut seliring atau sumbang.
5.    Dalam karawitan Jawa pelog artinya nada hiasan atau nada kromatik.
Notasi/nada angka pentatonis dan komparasinya dengan notasi diatonis adalah sebagai berikut.   

2. Karawitan Jawa
Dalam musik karawitan jawa seringkali kita dengar istilah laras slendro dan laras pelog, kedua laras tersebut dalam istilah musik modern bisa disebut sebagai ‘tangga nada’ yakni susunan nada dalam satu oktaf.

Laras slendro merupakan sistem urutan nada yang terdiri dari lima nada dalam satu gembyang (oktaf), nada tersebut diantaranya ; 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 5 (mo), 6 (nem). Istilah ji, ro, lu, mo, nem tersebut merupakan nama singkatan angka dari bahasa jawa, ji berarti siji (satu), ro berarti loro (dua) lu berarti telu (tiga), mo berarti limo (lima) dan nem berarti enem (enam).

No.

Penulisan

1.

Nada Angka

1

2

3

5

6

1

2.

Nada Huruf

ji

ro

lu 

mo

nem

Ji


Selain menggunakan singkatan nama, dalam laras juga sering digunakan istilah tradisional lainnya untuk menyebut setiap nada. Istilah tradisional tersebut diantaranya (1) Panunggal yang berarti kepala, (2) gulu yang berarti leher, (3) dada, (5) lima yang berarti lima jari pada tangan, dan (6) enem.

Selain laras slendro, dalam karawitan jawa juga dikenal istilah laras pelog, yakni tangga nada yang terdiri dari tujuh nada yang berbeda. Nada-nada tersebut diantaranya nada; 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 4 (pat), 5 (mo), 6 (nem) dan 7 (pi). Jika dibandingkan dengan tangga nada diatonis, susunan tangga nada pelog kurang lebih sama dengan susunan tangga nada mayor (do, re, mi, fa, so, la, si, do), namun penyebutan untuk karawitan tetap menggunakan bahasa jawa (ji, ro, lu, pat, mo, nem, pi).

Dalam memainkan laras pelog dalam gending, masih dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu Pelog Barang, dan Pelog Bem. Pelog Barang tidak pernah membunyikan nada 1, sedangkan pelog Bem tidak pernah membunyikan nada 7.

 

No.

Penulisan

1.

Nada Angka

1

2

3

4

5

6

7

2.

Nada Huruf

ji

ro

lu 

pat

mo

nem

pi


3. Karawitan Bali: Notasi Dingdong
Notasi ini menggunakan lambang bahasa kawi tepatnya bahasa Jawa kuno, yang pada awalnya hanya berkembang di lingkungan pembelajaran karawitan tembang di Bali. Sejalan dengan perkembangannya, notasi Ding dong telah digunakan untuk menotasikan berbagai jenis gending pada gamelan Bali. Bentuk notasi tersebut dapat ditransfer pada notasi angka dengan susunan Notasi Ding dong (nada pokok) adalah disimbolkan sebagai berikut:

No.

Penulisan

1.

Nada Angka

1

2

3

5

6

2.

Nada Huruf

ding

dong

Deng

dung

dang


B. Tangga Nada Diatonis

Tangga nada diatonis terdiri dari tujuh buah nada yang berjarak satu dan setengah nada. Tangga nada ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu tangga nada diatonis mayor dan tangga nada diatonis minor. Pada umumnya nada diatonis yang memiliki arti dua jarak nada, yakni jarak 1 (200 Cent Hz) dan jarak ½ (100 Cent Hz) dilambangkan dengan berikut.

No.

Penulisan

1.

Nada Angka

1

2

3

4

5

6

7

1

2.

Nada Huruf

c

d

e

f

g

a

B

c

3.

Dibaca

do

re

mi

fa

sol

la

Ti

do

4.

Interval nada

not angka

 

Untuk menulis not atau notasi balok diperlukan garis-garis paranada, karena notasi balok biasanya tersimpan pada paranada atau balok not yang terdiri dari lima garis sejajar. Nada balok (not) yang tersimpan pada garis not balok disebut dengan not garis/not balok. Adapun not yang tersimpan antara garis dan garis disebut dengan not ruang atau not spasi. Paranada yaitu seperangkat tanda terdiri atas lima garis mendatar. Nada-nada diletakan pada garis paranada atau diantara dua garis, yaitu disebut spasi. Dalam menghitung paranada atau garis not balok selalu dimulai dari bawah. Dalam praktiknya aturan penulisan notasi dalam garis para nada adalah:

1.    Not-not yang tersimpan di atas garis ke tiga arah tiang not di gambar ke bawah.
2.    Not-not yang berada di bawah garis ketiga arah tiang not di gambar ke atas.
3.    Not-not yang terletak pada garis ketiga arah tiang not, boleh ke atas atau ke bawah
4.    Peletakkan bendera selalu kearah kanan.

5.    Notasi yang mempergunakan suara dua, gambar tiang not mengarah ke atas untuk suara pertama, sedang untuk suara kedua mengarah ke bawah. 

Jika penulisan notasi balok untuk penambahan nilai not, maka dipergunakan titik dibelakang not, sedangkan untuk notasi angka, nilai not dari pada titik akan ditentukan oleh garis nilai. Namun seandainya tidak ada garis nilai, maka nilai titik akan sama nilainya dengan not yang berada di depannya. Apabila kita menemukan tiga buah not yang mendapat nilai satu ketuk, ini disebut triol (tri nada/ tiga nada yang disatukan).

 

http://www.mikirbae.com/2016/03/tangga-nada-diatonis-dan-pentatonis.html

Comments

Popular Posts