BENTUK DAN JENIS PERTUNJUKAN MUSIK TRADISIONAL
BENTUK DAN JENIS
PERTUNJUKAN MUSIK TRADISIONAL
A. BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK TRADISIONAL
Sebuah pertunjukan disebut penyajian tunggal (solo) kalau terdapat satu orang pemain yang memainkan alat musik/seni vokal di atas pentas. Sedangkan penyajian kelompok (ansambel) adalah penyajian alat musik, baik sejenis maupun beragam alat musik, yang dimainkan oleh lebih dari satu orang. Tidak ada ketentuan berapa jumlah pemain sebagai syarat disebut ansambel. Namun beberapa jenis kesenian dimainkan oleh lima sampai sepuluh orang, contohnya Gamelan Degung di Jawa Barat. Bisa jadi pada beberapa kesenian dimainkan oleh lebih dari sepuluh orang, contohnya musik Angklung Udjo Ngalagena dari Jawa Barat.
Selain istilah ansambel, dalam penyajian musik tradisional masih terdapat pula istilah lain seperti duet (dua orang pemain), trio (tiga orang pemain), kwartet (empat orang pemain). Istilah-istilah ini biasa digunakan oleh para pemain musik untuk menunjukan formasi grup pada saat mementaskan karya musik.
Pada awalnya beberapa alat musik dimainkan secara tunggal, namun dalam perkembangannya beberapa alat musik dimainkan secara kelompok. Sehingga tidaklah aneh kalau terdapat beberapa alat musik yang dapat dimainkan tunggal namun dimainkan pula secara berkelompok.
1. Penyajian Tunggal (Solo)
Tentu kalian pernah mendengar cerita tentang penggembala kerbau di desa. Pada cerita itu seringkali digambarkan sosok penggembala sedang menunggangi kerbau sambil meniup seruling. Adapula yang menggambarkan seorang pengembala duduk di bawah pohon yang teduh dan rindang sambil meniup seruling sementara sang kerbau sedang asyik menikmati rerumputan hijau.
Cerita seperti itu bukan tanpa alasan sebab demikian kenyataannya. Alat musik seperti seruling lahir dari masyarakat pedesaan. Pada masyarakat pedesaan, bahan bambu akan mudah ditemukan. Sebagian digunakan untuk membuat pekakas rumah tangga, sebagian lain diubah menjadi alat musik, salah satunya seruling. Alat musik ini seringkali dimainkan sebagai pelepas rasa penat saat istirahat bekerja atau sebagai ungkapan perasaan pemainnya. Sekalipun penggembala tidak sedang melakukan pertunjukan, namun seruling seringkali dimainkan sebagai alat musik individual untuk menghibur diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Apabila situasi tersebut akan dijadikan sebagai seni pertunjukan, sangatlah mungkin seorang seniman seruling diarahkan untuk menyajikan pertunjukan seruling tunggal (solo) di atas pentas.
Alat musik sejenis seruling banyak ragamnya. Di beberapa daerah dikenal dengan nama suling, sementara di Minangkabau dikenal alat musik sejenis dengan nama saluang. Selain seruling, alat musik kacapi Sunda, sape dan kecapi karungut, Dayak, Kalimantan Tengah adalah contoh lain alat individual yang bisa disajikan secara tunggal (solo) dalam pertunjukan musik tradisional. Sementara itu di Jawa Barat terdapat alat musik calung renteng. Calung jenis ini biasanya diikat pada pohon lalu dimainkan secara tunggal sebagai klangenan (hiburan) pelepas lelah.
Karakteristik penyajian tunggal (solo) adalah sebagai berikut,
- Setiap pemain mempunyai kesempatan yang luas untuk mengeksplorasi teknik alat musik yang dimainkan;
- Selain berpola pada lagu yang baku, pada beberapa bagian lagu setiap pemain bebas menciptakan ornamentasi sehingga lagu terasa lebih indah;
- Terbuka dengan improvisasi individual;
- Totalitas ekspresi individual lebih diutamakan.
2. Penyajian Kelompok (Ansambel)
Selain penyajian tunggal (solo) di atas, terdapat pula bentuk penyajian kelompok (ansambel) dalam pertunjukan musik tradisional. Gamelan adalah salah satu contoh penyajian yang bersifat kelompok. Pada contoh-contoh yang telah dibahas, hampir kebanyakan musik tradisional Indonesia dimainkan secara berkelompok. Hal ini berhubungan dengan karakteristik adat yang selalu bersifat komunal kolektif, penuh kebersamaan, gotong royong, dan selalu menghindari ego dan individualitas.
Dalam perkembangan selanjutnya, alat musik tunggal pun dimainkan dalam konteks musik kelompok. Sebagai contoh, suling dan kacapi dimainkan sebagai bagian dari permainan gamelan. Sementara itu, calung renteng sudah mulai hilang diganti dengan calung jingjing yang dimainkan secara berkelompok. Karakteristik penyajian kelompok (ansambel) adalah sebagai berikut,
- Setiap pemain musik harus menempatkan diri di antara pemain musik yang lain;
- Keterikatan antar pemain diutamakan;
- Alat musik individual tetap dimainkan namun tidak boleh menonjol sendirian. Kadarnya dibatasi oleh keberadaan alat musik yang lain;
- Kebersamaan lebih diutamakan daripada individualitas;
Ekspresi dan improvisasi individu tetap diberi ruang namun berada dalam konteks garapan kelompok (ansambel).
B. JENIS PERTUNJUKAN MUSIK TRADISIONAL
1. Musik Vokal
Pernahkan kalian melihat seorang ibu yang dengan sabar menggendong dan meninabobokan bayi kesayangan? Pada saat seperti itu tidak jarang ibu bayi bersenandung menyanyikan lagu daerah dengan penuh perasaan. Biasanya, bayi yang rewel pun akan diam dan lama kelamaan terlelap dalam tidur.
Pada cerita yang lain, para petani ladang seringkali menghibur diri dengan cara bernyanyi bersama. Atau kalaupun dalam kesendirian di ladang dalam hutan, di antara petani saling memanggil dari kejauhan, bersahut-sahutan satu sama lain. Terkadang pula gaya teriakan mereka dibuat menjadi lebih menarik dan mengalun mirip orang yang sedang bernyanyi.
Kedua contoh di atas menunjukan bahwa musik vokal paling dekat dengan kehidupan manusia. Bahkan tidak mustahil kalau musik vokal lebih dulu ada dibandingkan musik instrumental. Hal ini terjadi karena medium musik vokal sudah melekat dalam tubuh yaitu suara manusia. Suara manusia sangat fleksibel untuk meniru suara alam, bahkan alat musik. Intensitas suara pun bisa diatur sekehendak hati pemilik suara sehingga terdengar unik dan menarik.
Dalam konteks pertunjukan musik tradisional, tampak nyata beragam jenis musik vokal yang tersebar di Nusantara. Beberapa contoh dapat disebut di sini, di antaranya, Seni Beluk dari daerah Sunda, Jawa Barat, Panembrama dari Jawa Tengah, Seni Macapatan dari daerah Jawa, atau beberapa nyanyian dari daerah Papua. Masyarakat Papua cukup akrab dengan musik vokal. Biasanya dinyanyikan dalam kegiatan upacara adat dengan iringan alat musik Tifa. Bahkan beberapa nyanyian Papua cukup terkenal sampai ke daerah lain, salah satunya lagu “Apuse”.
Dari beberapa contoh di atas, Seni Beluk dari Sunda, Jawa Barat, dapatlah dikatakan murni musik vokal. Dalam penyajiannya, seni beluk dimainkan oleh beberapa orang penyanyi dan seorang dalang yang bertugas membaca naskah wawacan. Wawacan adalah cerita yang ditulis dalam puisi tradisional berbentuk pupuh, seperti Kinanti, Sinom, Dangdanggula, Asmarandana. Wawacan inilah yang kemudian dibaca oleh seorang dalang atau juru ilo. Setiap satu baris dibacakan, pemain beluk akan bernyanyi saling bersahutan menyanyikan teks yang dibacakan oleh juru ilo. Semakin tinggi range suara pemain beluk, semakin meriah dan ramai permainan. Biasanya pemain beluk dibagi menjadi dua kelompok. Keduanya akan saling menimpali satu sama lain. Kesenian ini berfungsi hiburan. Namun demikian, seni beluk dipentaskan pula dalam acara pernikahan, sunatan, atau selamatan bayi yang baru lahir.
2. Musik Instrumental
Tentu kalian masih ingat dengan Seni Tarawangsa dari daerah Sunda, Jawa Barat dan kesenian Sape dari Dayak, Kalimantan. Keduanya merupakan contoh musik instrumental yang terdapat dalam khasanah pertunjukan musik tradisional di Indonesia.Disebutkan bahwa jenis kesenian yang dimainkan dikenal dengan nama Tifa Totoboang yang berasal dari Ambon, Maluku. Alat musik tifa merupakan alat perkusi yang tidak hanya terdapat di Maluku, tetapi juga di Papua. Sementara itu, alat musik totoboang merupakan alat musik idiophone yang menyerupai bonang pada gamelan Jawa namun memiliki ukuran yang lebih kecil.
Kesenian Tifa Totoboang merupakan musik instrumental, dimana, alat musik totoboang dimainkan sebagai pembawa melodi, sedangkan tifa dan beberapa perkusi dimainkan sebagai ritme iringan.
3. Musik Vokal dan Instrumental
Jenis ketiga dari pertunjukan musik tradisional di Indonesia adalah musik vokal dan instrumental. Gabungan keduanya yang mengakibatkan jenis ini disebut pula sebagai musik campuran. Pada musik campuran, unsur musik vokal menjadi hal utama, sementara alat musik biasanya dimainkan sebagai iringan nyanyian dari para vokalis.
Banyak sekali contoh musik vokal dan instrumental dalam khasanah pertunjukan musik tradisional di Indonesia. Musik gamelan adalah salah satunya. Cukup nyata terlihat pada musik gamelan peran vokalis (pesinden) membawakan lagu (tembang) yang diiringi oleh gamelan.
Sementara itu, di wilayah Papua, alat musik Tifa seringkali digunakan untuk mengiringi vokal para penyanyi laki- laki. Biasanya dimainkan di rumah adat dalam upacara adat tertentu, atau dimainkan di arena sambil bergerak menari-nari.
Comments
Post a Comment