Naskah Teater Tradisional
Naskah Teater Tradisional
A.
Ciri-ciri Naskah Teater
Tradisional
Salah satu unsur penting
dalam pementasan teater adalah keberadaan naskah. Naskah adalah cerita yang
dituangkan sebagai sebuah panduan yang tertulis. Untuk memudahkan pemain dalam
memerankan karakter sesuai dengan naskah, setidaknya sebuah naskah harus
memmuat nama-nama tokoh dalam cerita berikut dialog.
Naskah yang baik harus
memuat petunjuk yang lengkap untuk pemain, mulai dari dialog, gerakan,
keras-lemahnya suara,hingga ekspresi wajah atau suara. Naskah yang detail
biasanya turut memuat informasi mengenai deskripsi panggung, bloking,
pencahayaan, kostum yang akan dikenakan, tata rias yang dibutuhkan, ilustrasi
music, serta pembagian babak dalam cerita naskah tersebut.
B.
Sumber Cerita Naskah Tradisional
Pada awalnya, naskah
teater tradisional biasa dituangkan secara lisan dan hanya menjabarkan garis
besar plot cerita yang dapat diinterpretasikan secara bebas oleh pemain. Seiring
perkembangan zaman, teater tradisional pun mulai banyak menggunakan naskah
untuk pementasan. Salah satu contohnya adalah pementasan ketoprak.
Penulis naskah yang
hingga saat ini masih rajin menulis naskah ketoprak adalah Bondan Nusantara,
yang juga merupakan seorang sutradara dan pembaharu konsep-konsep ketoprak.
Cerita yang dituangkan dalam naskah, seperti ketoprak dapat bertemakan banyak
hal. Untuk teater tradisional, naskah dapat bersumber dari hal-hal berikut.
1.
Mitos
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mitos
adalah cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu, mengandung
penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa mengandung arti
mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib.
2.
Dongeng
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dongeng
adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi. Misalnya, Timun Emas, Keong Mas,
dan Bawang Merah-Bawang Putih.
3.
Legenda
Legenda merupakan cerita
rakyat pada zaman dahulu yang berkaitan dengan peristiwa sejarah. Legenda
biasanya menceritakan tentang asal usul sesuatu, seperti barang atau nama
tempat.
4.
Cerita Rakyat
Hamper setiap daerah di
Indonesia memiliki cerita rakyat yang turun temurun diwariskan, baik secara
lisan maupun tulisan. Cerita rakyat pada umumnya memiliki nilai-nilai
pendidikan karakter.
5.
Epos
Epos merupakan cerita
kepahlawanan yang berwujud puisi Jawa Kuno (kakawin) atau tembang. Contohnya
Ramayana, Mahabharata.
C.
Penulisan Naskah Teater
Tradisional
Sebuah teater tidak
mungkin dipentaskan tanpa adanya lakon atau cerita yang akan ditampilan. Proses
pembuatan naskah teater tradisional bukanlah hal yang dapat dilakukan dalam
semalam. Oleh karena itu, muncul istilah “dramaturgi” yang merupakan bagian
penting dari seni teater.
Dramaturgi berasal dari
bahasa Inggris dramaturgy, yang
berarti seni atau teknik penulisan drama yang penyajiannya dalam bentuk teater,
mulai dari penulisan naskah lakon hingga pementasannya.
Dalam membuat naskah
teater tradisional, unsur-unsur yang harus ada dalam naskah adalah sebagai
berikut.
1.
Tema
Dalam sebuah lakon, tema
merupakan unsur penting yang menjadi pijakan penulis untuk mengmbangkan ide
yang dituangkan ke dalam naskah. Dalam teater tradisional, tema-tema yang
dominan dipentaskan adalah persoalan kesetiaan dan pengkhianatan, perebutan
kekuasaan, heroism, dan pencarian jati diri.
Ketika mulai menulis ide
sesuai tema, hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.
·
Adanya
permasalahan penting yang dapat ditonjolkan dalam lakon.
·
Timbulnya
konflik yang memperkuat cerita.
·
Memperhitungkan
durasi waktu disesuaikan dengan kehadiran tokoh-tokoh dalam cerita yang
memperkuat cerita.
2.
Penokohan
Penokohan adalah
pepnciptaan karakter antartokoh. Penokohan merupakan usaha untuk membedakan
peran yang satu dengan peran yang lain. Perbedaan peran-peran ini diharapkan
akan diidentifikasi oleh penonton. Jika proses indentifiksi ini berhasil,
penonton akan merasa terwakili orleh peran yang diidentifikasi tersebut.
Penokohan atau
perwatakan dalam sebuah lakon memegang peranan penting. Tanpa perwatakan, tidak
aka nada cerita atau plot. Ketidaksamaan watak akan melahirkan pergesekan,
tabrakan kepentingan, dan konflik yang akhirnya melahirkan cerita.
3.
Alur
Alur cerita adalah
perjalanan cerita menuju ke puncak konflik atau klimaks. Alur cerita juga dapat
disebut pplot, yang berupa rangkaian peristiwa atau urutan bagian-bagian dalam
keseluruhan atau klimaks dalam sebuah lakon. Sebuah peristiwa dapat terjadi
melalui kehadiran, dialog, gerak tokoh, pergantian kostum, pergantian latar
tempat, dan waktu. Rangkaian susunan alur dapat dibuat dengan skema Hudson. Susunan
alur tersbut dapat dijabarkan sebagai berikut.
a.
Eksposisi
Eksposisi adalah saat
materi yang relevan dalam lakon tersebut dijelaskan kepada penonton. Materi tersebut
termasuk karakter yang akan dimainkan, peristiwa yang sedang dihadapi karakter
tersebut, tempat terjadinya, dan lain-lain. Hal ini dilakukan agar penonton
mendapatkan gambaran selintas mengenai drama yang akan ditontonnya sehingga
dapat terlibat dalam peristiwa cerita.
b.
Insiden Permulaan/Konflik
Pada bagian ini, pelaku
cerita terlibat dalam suatu pokok persoalan. Insiden-insiden ini akan
menggerakan plot dalam lakon.
c.
Pertumbuhan Laku/Komplikasi
Bagian ini merupakan
lanjutan insiden-insiden yang teidentifikasi tersebut. Disini persoalan baru
muncul dalam cerita. Jalankeluar konflik tersebut pun samar-samar dan tak menentu.
d.
Krisis atau Titik Balik
Krisis adalah keadaan
saat lakon berhenti pada stu titik yang sangat menegangkan atau menggelikan
sehingga penonton pun seakan-akan tidak bisa berbuat apa-apa. Bagi Hudson,
klimaks adalah tangga yang menunjukkan laku yang menanjak ke titik balik tetapi
bukan titik balik itu sendiri. Titik balik baru terjadi ketika sudah ada peristiwa
yang menunjukkan peleraian saat emosi lakon maupun emosi penonton sudah mulai
menurun.
e.
Penyelesaian atau Penurunan
Laku/Resolusi
Pada bagian ini terjadi
penyelesaian persoalan. Di sini, para pemeran menemukan jalan keluar atas
konflik-konflik yang terjadi diantara mereka. Jalan keluar yang diperoleh bisa
berakhir sedih atau bahkan gembira.
f.
Keputusan
Pada bagian ini konflik
berakhir, entah itu membahagiakan ataupun menyedihkan. Cerita pun usai. Dalam tragedy,
keputusan ini disebut catastrophe,
dalam komedi disebut denoument.
4.
Latar (Setting)
Latar atau setting adalah semua keterangan di atas
pentas yang berhubungan dengan waktu, tempat, dan suasana yang tergambar ketika
peristiwa teaer berlangsung. Keterangan tersebut dapat berupa gambar, narasi,
atau ilustrasi dan efek musik.
5.
Pesan Cerita atau Amanat
Comments
Post a Comment