FUNGSI ALAT MUSIK TRADISIONAL DALAM MASYARAKAT PENDUKUNGNYA
A. Fungsi Musik Tradisional
Berikut ini sekedar mengingatkan kembali fungsi musik tradisional telah dibahas pada Modul 1. Fungsi musik tradisional tidak lain efektifnya peran musik tradisional sesuai kedudukannya di tengah masyarakat. Ada sejumlah fungsi musik tradisional: (a) sarana upacara adat (ritual); (b) pengiring tarian; (c) sarana hiburan; (d) sarana komunikasi; (e) sarana pengungkapan diri; dan (f) sarana ekonomi ; (g) sarana pendidikan; (h) musikalisasi syair; (i) sarana penelitian dan pengembangan iptek.
1. Sarana upacara adat budaya (ritual)
Upacara-upacara adat kebanyakan melibatkan musik tradisional. Apabila kedudukan musik tradisional tersebut merupakan bagian pokok atau bahkan inti upacara adat maka disebut musik tradisi. Oleh karenanya kehadiran musik tradisi dalam upacara adat ini bersifat mutlak, tidak boleh dihilangkan dan tidak begitu saja bisa digantikan. Jenis musik tradisi semacam ini terikat ketat ketentuan tradisi sehingga tidak bisa dimainkan pada sembarang waktu dan sembarang tempat.
Jika kedudukan musik tradisional dalam upacara adat bukan bagian pokok atau inti upacara, maka kehadirannya bersifat tidak mutlak, bisa ditiadakan. Misalnya, peran musik tradisional pengiring upacara perarakan pengantin di beberapa daerah. Bila perarakan tersebut tidak diiringi musik tradisi sama sekali, keabsahan pernikahannya tidak terganggu. Hanya saja upacara kurang semarak.
Upacara-upacara adat biasanya berkaitan erat dengan perayaan tonggak-tonggak pokok kehidupan manusia, seperti, kelahiran, perkawinan, dan kematian. Upacara-upacara adat yang lain terkait perayaan keagamaan, kenegaraan dan perawatan lingkungan hidup alam maupun sosial beserta keterpaduannya.
Pada beberapa daerah, bunyi yang dihasilkan oleh alat musik tradisi tertentu dipercaya mempunyai kekuatan magis. Oleh sebab itu, alat musik seperti itu digunakan sebagai sarana kegiatan adat istiadat masyarakat. Misalnya, musik dog-dog ting, digunakan masyarakat Jawa untuk mencari orang hilang karena disembunyikan mahluk gaib.
2. Pengiring tarian
Musik tradisional juga digunakan masyarakat mengiringi tarian-tarian khas daerahnya. Kebanyakan tarian khas daerah hanya cocok jika diiringi musik daerahnya sendiri. Antara tarian dan musik pengiringnya telah memiliki keselarasan yang khas. Iringan musik yang sesuai menjadikan tarian tampil lebih hidup seperti citarasa yang dimaksudkan. Misalnya, tarian menjadi tampil gagah, lembut, jenaka, mistis, dan sebagainya. Tarian tradisi akan sempurna jika diiringi musik tradisi yang tak tergantikan.
3. Sarana Hiburan
Musik tradisional juga digunakan sebagai sarana hiburan. Hiburan yang bersifat individu akan menyegarkan kembali keletihan orang yang bersangkutan. Hiburan yang bersifat melibatkan orang banyak memberikan nilai tambah berupa sarana rekatan hubungan sosial antarwarga masyarakat. Dahulu gadis-gadis daerah Aceh mengisi waktu senggang sesudah bekerja di sawah dengan bermain canang trieng atau celempong.. Orang-orang membentuk kelompok musik tradisional untuk memainkan satu jenis alat musik atau macam-macam alat musik secara bersama.
4. Sarana Komunikasi
Hampir di semua daerah masyarakat menggunakan bunyi-bunyian sebagai tanda pemberitahuan. Kentongan, bedhug, lonceng, dan sebagainya merupakan alat-alat musik tradisional yang berguna sebagai sarana komunikasi. Dalam kesatuan militer biasa digunakan terompet. Kode informasi diwujudkan dalam pola bunyi atau nada tertentu.
Dari berbagai macam alat dan pola bunyi, secara umum dimaksudkan untuk menyebarkan pemberitahuan akan adanya suatu peristiwa (kematian, pencurian, dsb.), keadaan (darurat, siaga, aman, dll.), penanda waktu (mulai/akhir kerja, menjelang ibadah, dsb.), atau kegiatan bersama (ibadah, gotong-royong, berkumpul, dsb.). Adalah lazim bahwa alat tertentu merupakan alat penanda khas lembaga tertentu: Bedhug khas masjid, lonceng khas gereja, kentongan khas pos ronda atau warga masyarakat, terompet khas tangsi militer.
Musik tradisional bisa sungguh-sungguh menjadi sarana komunikasi. Hal ini terjadi apabila musik tradisional dijadikan wahana (media) menyampaikan pesan kepada khalayak penikmatnya. Misalnya, penyebaran-luasan informasi, penerangan, mencari dukungan, dan lain-lain. Sarana penyampai pesan ini bisa melalui isi syair dan semangat lagunya. Bisa pula semata-mata pementasan musik tradisional sebagai alat pengumpul massa.
Alat musik sebagai sarana komunikasi ada kalanya merupakan pergeseran fungsi. Misalnya, gejog lesung dari Natah Kabupaten Gunungkidul. Seperti pada umumnya lesung adalah alat penumbuk padi. Oleh karena penumbukan padi dilakukan bersama oleh beberapa orang pada satu lesung timbullah bunyi-bunyi khas. Untuk obat kepenatan atan penggiat kerja, penumbukan dilakukan secara berirama. Maka muncul seni gejog lesung. Pada perkembangan berikutnya, karena setiap kali akan ada hajatan para ibu menumbuk padi bersama-sama dengan lesung, akhirnya suara lesung penumbukan padi menjadi penanda atau undangan bagi masyarakat untuk membantu hajatan.
5. Sarana pengungkapan diri
Mencipta atau memainkan musik bagi para seniman maupun orang biasa merupakan wahana mengungkapkan diri. Apa saja yang diungkapkan, tidak lain perasaan cinta, suka-duka; pemikiran, gagasan, impian, harapan, cita-cita tentang berbagai kesadaran. Lingkaran-lingkaran kesadaran meluas mulai diri sendiri, keluarga, orang lain, lingkungan, negara, dunia dan Tuhan.
Puncak pengungkapan diri adalah mewujudkan pemenuhan kemampuan diri. Pemenuhan diri melalui
musik musik tradisional bercirikan kepiawaian, kemahiran dan keahlian sebagai pemain ataupun pencipta. Penentunya adalah kecintaan, kesungguhan dan ketekukan dalam musik itu. Saat seseorang telah memasuki penyatuan diri dengan musiknya maka akan menjadi maestro atau empu. Akhir-akhir ini sebutan
keunggulan yang lazim adalah profesional. Profesional berarti sempurna, baik yang bersifat komersial matapencaharian.
6. Sarana ekonomi
Tidak bisa dinafi kan, musik tradisional bisa menghasilkan pendapatan sambil tetap menikmati kepuasan batin. Bagi senimannya pendapatan bisa berupa ucapan terima kasih (honorarium) atas jasa main musiknya. Pendapatan berupa bayaran atau gaji apabila bersifat pekerjaan pokok (profesi) ataupun sambilan (amatir). Pendapatan ekonomis bisa bersifat komersial maupun layanan bakti.
Musik tradisional juga bisa menjadi lahan wirausaha, baik bagi senimannya, pebisnis maupun pemodal musik. Bisnis musik tradisional bisa berlangsung apabila berupa industri. Industri jasa, misalnya, penyelenggara pentas (event organizer). Industri produk berupa rekaman, pembuatan alat-alat musiknya, kelengkapan bermain musiknya, dan sebagainya. Adapun sisi perdagangan bisa berupa penjualan produk-produk musik beserta produk ikutannya.
7. Sarana pendidikan
Ada pendidikan musik, ada pula musik pendidikan. Pendidikan musik adalah mengajarkan
Kecerdasan musikal merupakan salah satu potensi kecerdasan ganda manusia (multiple intelligence). Contoh lain kecerdasan ganda, misalnya, kecerdasan verbal (berbahasa), kecerdasan matematik (hitung-menghitung), kecerdasan kinestetik (gerak motorik halus dan kasar), kecerdasan visual spasial (bentuk, warna dan ruang).
8. Sarana musikalisasi syair
Sering kali pembacaan puisi diiringi suatu musik instrumental untuk menciptakan suasana pendukung. Kadang-kadang musik juga digunakan sebagai selingan antarbait pembacaan puisi untuk memberikan penegasan-penegasan. Syair atau puisi adalah karya sastra. Namun apabila diberi nada beserta tanda-tanda musik lainnya, berubah menjadi lagu. Apabila lagu dinyanyikan dengan iringan alat-alat musik, maka keindahan sebuah syair yang telah berubah menjadi lagu atau nyanyian akan tampil semakin sempurna.
9. Sarana penelitian dan pengembangan iptek
Salah satu fungsi musik tradisional telah berfungsi sebagai hiburan pelepas lelah, terutama hiburan mental. Mulai tahun 80’an musik-musik tertentu yang bersifat ringan dan ritmik digunakan untuk alat bantu terapi kesehatan jiwa yaitu untuk relaksasi tegangan mental. Musik juga digunakan untuk stimulasi kecerdasan otak janin sebelum lahir. Musik juga digunakan untuk upaya peningkatan hasil pertanian. Akhir-akhir ini musik tradisional diterapkan untuk penelitian ruang angkasa dan kode DNA manusia. Musik gamelan Jawa Gending Puspawarna dipilih NASA untuk didengungkan di angkasa.
B. Fungsi Sosial Musik Tradisional
Fungsi sosial musik tradisional tidak jauh-jauh dari fungsi musik tradisional itu sendiri dalam masyarakat pendukungnya, baik sebagai musik adat tradisi maupun sebagai musik tradisional biasa yang lahir dari masyarakat tertentu.
1. Memberikan hiburan yang menenteramkan
Pentas musik tunggal (solo) atau berkelompok kecil (ensembel), berkelompok besar (orkestra) untuk dinikmati khalayak merupakan hiburan bagi masyarakat atau hadirin. Sajian yang teduh dan lembut akan menenteramkan para pendengar atau pemirsa. Sajian yang dinamis akan menerbitkan semangat dalam jiwa.
Suatu perhelatan keluarga, perayaan pernikahan, misalnya, tidak lepas dari unsur hiburan. Pada umumnya dipilih hiburan yang populer atau lebih banyak disukai orang. Sekalipun, hiburan tersebut bukan live show, sekedar memutar kaset atau CD.
Lebih-lebih perhelatan kampung, seperti misalnya perayaan tradisi bersih desa, syukuran panen raya, dan sebagainya. Unsur pergelaran seni tentu dipilih yang bersifat tradisional milik masyarakat setempat sendiri. Seni yang mengandung unsur musik menjadi pilihan pertama.
2. Menambah pendapatan ekonomis
Dalam setiap perencanaan kegiatan yang mengandung unsur pertunjukan, selalu diperhitungkan ongkos atau biaya pentas. Sekalipun pertunjukan itu bersifat sumbangan suka rela. Pentas musik tradisional penuh dengan kostum, hiasan dan berbagai alat musik. Pihak penyedia perlengkapan akan mendapatkan uang sewa, entah penuh ataupun harga potongan sosial. Lebih-lebih apabila pemusiknya bertarif komersial, tentunya akan mendapatkan honorarium, seberapapun besarnya. Dewasa ini musik tradisional telah menjadi matapencaharian komersial yang secara ekonomis sangat menjanjikan.
3. Membangun interaksi sosial
Interaksi sosial adalah tindakan bertanggap antara warga masyarakat yang satu sambung terhadap warga yang lain. Contoh yang paling mudah adalah bergotong-royong. Begitu ada kesepakatan bersih kampung, orang-orang tanpa dibagi tugas telah tahu apa yang harus dikerjakan. Satu sama lain sudah tahu peran masing-masing sesuai kemampuan dan peralatan yang harus dibawa.
Setiap interaksi sosial membutuhkan komunikasi, baik komunikasi verbal maupun non-verbal. Musik tradisional memiliki fungsi sebagai sarana komunikasi non-verbal. Secara alamiah musik tradisional membangun interaksi sosial yang menghasilkan sinergi antara warga yang satu terhadap yang lain.
Contoh, kasus gejog lesung di Natah yang sudah disinggung di depan. Begitu terdengar suara gejog lesung, masyarakat sekitar keluarga yang akan punya hajatan segera berkumpul dan siap dengan peralatan untuk membantu. Orang-orang sudah tahu peran masing-masing. Ada yang memasak di dapur, ada yang membersihkan dan menata tempat para tamu, ada yang memasang hiasan, dan sebagainya.
Contoh lain, di lingkungan masyakat majemuk yang rukun dan damai, begitu terdengar suara musik tradisi kematian warga Kristen, warga yang lain mematikan radio atau televisi untuk
menghormati warga yang sedang berduka. Bila bersamaan sedang ada perhelatan gembira warga kampung lain, suara musik hiburan dikecilkan atau dimatikan sama sekali untuk sementara. Warga kampung kemudian membagi diri, sebagian tetap membantu perhelatan, yang lain membantu di rumah duka.
Dengan musik tradisi terbangunlah interaksi sosial antarwarga masyarakat. Interaksi sosial menghasilkan sinergi antara peran warga yang satu dengan warga yang lain. Sinergi adalah perpaduan peran satu sama lain yang menghasilkan lebih dari sekedar bekerja bersama-sama. Sinergi terjadi karena keteraturan hidup bersama.
4. Memberikan pengakuan dan penghargaan
Pentas musik tradisional juga merupakan simbol yang mencerminkan status seseorang atau warga masyarakat. Misalnya, di kalangan masyarakat Jawa Tengah, pementasan musik tradisional Jawa dengan alat musik gamelan yang tidak lengkap sudah dianggap lebih istimewa dibanding sekedar pentas elekton. Namun demikian masih kalah besar apabila dibandingkan dengan pementasan dengan alat-alat musik gamelan yang lengkap. Orang kaya dengan kedudukan terhormat akan dipertanyakan apabila tidak mementaskan musik gamelan lengkap.
Untuk menghormati kehadiran tamu tertentu, sering dimainkan karya musik tradisional tertentu. Misalnya, di Yogyakarta gending Bimakurda dibunyikan atau dimainkan untuk menyambut kehadiran tamu kehormatan. Sebaliknya, orang biasa akan merasa salah tingkah apabila kehadirannya disambut dengan karya musik tersebut. Seperti halny a pementasan musik pada umumnya, tamu tertentu mendapat kado lagu khusus untuk menghormati kehadirannya. Biasanya lagu yang dihadiahkan itu adalah lagu kesukaan atau lagu yang bermakna bagi orang yang dihormati.
Di daerah-daerah tertentu, musik tradisi menjadi adu gengsi antarhadirin atau tuan rumah. Misalnya, pagelaran musik dan tarian tayub atau tledhekan. Setiap hadirin yang ikut menari bersama penari pemandu ia akan memberikan uang tips atau bonus yang disebut saweran. Seseorang yang mendapat kalungan kain penari berkewajiban sosial untuk menari dan memberikan saweran. Besarnya saweran dan berkali-kalinya memberikan saweran menjadi gengsi tersendiri. Demikian pula tips atau bonus untuk sekedar meminta lagu kesayangan tanpa harus ikut menari.
Pementasan musik tradisional beserta interaksi sosial para hadirinnya menjadi sarana pengakuan dan pengharaan atas kehadiran beserta status sosial warga masyarakat.
5. Meneguhkan ikatan kebersamaan
Musik tradisional, lebih-lebih musik tradisi yang terikat dalam upacara adat tradisi membangun ikatan kebersamaan. Ikatan kebersamaan nyata dalam dua hal. Pertama, musik identitas bersama yang dilantunkan menghadirkan rasa kebersamaan dalam satu identitas, rasa senasib dan sepenanggungan dalam satu sistem kemasyarakatan. Setiap orang merasa menjadi bagian dari yang lain di tengah masyarakat yang menghayati satu tradisi yang sama.
Kedua, peran memainkan alat musik yang tak tergantikan dalam acara tradisi. Pada saat dirinya masih dipercaya untuk ikut memainkan alat musik kepiawaian dirinya, ia masih merasa diakui oleh warga lainnya. Sebaliknya, tanpa kehadiran dirinya, ada sesuatu yang kurang di tengah upacara tradisi atau kehadirannya di tengah kehidupan sehari-hari.
Ada kalanya seorang warga memiliki luka atau cacat di hadapan warga lain. Pada tingkat tertentu, warga bermasalah bisa mendapat hukuman sosial tidak diperkenankan mengikuti upacara tradisi. Diijinkannya warga bermasalah untuk mengikuti dan bermain musik pada acara tradisi menjadi sarana penerimaan kembali dirinya seperti sedia kala. Upacara tradisi menjadi sarana perbaikan hubungan (rekonsiliasi) di antara sesama warga.
Sering kali dalam suatu tatacara adat tradisi yang sangat ketat, orang lain di luar warga masyarakat tidak diperkenankan mengikuti acara tradisi. Oleh karen alasan khusus
6. Merawat dan mengembangkan jatidiri
Setiap musik tradisional lahir dari lingkungan budaya masyarakat kedaerahan tertentu. Alat musik beserta karya musik tradisional menjadi simbol identitas warga dan budaya daerah tertentu. Pelestarian dan penyesuaian jaman musik tradisional akan membantu mempertahankan jatidiri kedaerahan agar tidak lenyap atau mati. Setiap orang yang datang ke Bali akan merasa dirinya benar-benar di bali apabila mendengar musik tradisional Bali.
Begitu pula warga daerah yang tinggal di daerah lain (diaspora) atau luar negeri. Orang cenderung merindukan suasana kedaerahannya. Ia akan memainkan alat musik kedaerahannya, atau sekedar memutar musik kedaerahannya. Misalnya, orang Batak yang tinggal di Kalimantan, atau orang Padang yang merantau di Jakarta, mereka tidak melupakan musik daerah asalnya. Bahkan orang-orang Jawa Tengah yang tinggal di Suriname, atau orang-orang Jawa Barat yang tinggal di Kaledonia Baru. Mereka aktif mengembangkan seni budaya leluhurnya, salah satunya musik tradisional nenek moyangnya.
Orang-orang daerah yang masih mempertahankan jatidiri kedaerahannya dan orang-orang yang telah menjadi bagian dari warga daerah atau negara lain dan tetap ingin merawat jatidiri kedaerahannya cenderung menggunakan seni budaya asalnya untuk menjaga kesadaran identitas atau menunjukkan kepada orang lain di sekitarnya.
7. Menularkan kecakapan dan mewariskan nilai-nilai
Musik tradisi juga digunakan untuk menularkan kecakapan sosial, mengajarkan dan mewariskan nilai-nilai keutamaan dari generasi ke generasi selanjutnya. Lagu-lagu anak tradisional banyak berisi tentang kecakapan sosial. Misalnya, mengajarkan tatakerama, hubungan-hubungan sosial antara warga yang satu terhadap yang lain dan juga peran-peran sosial kemasyarkatan.
Musik tradisional tertentu sering khusus digunakan untuk mengiringi pembacaan syair-syair berisi nasehat-nasehat dalam suatu upacara tradisi. Bahkan karya musik tertentu digubah dalam rangka untuk melantunkan ajaran-ajaran kehidupan berdasarkan keyakinan budayanya. Corak musik, isi ajaran dan suasana penyelenggaraannya juga sudah tertentu.
8. Mengurangi atau meredakan tegangan sosial
Suatu kehidupan masyarakat tidak selamanya baik-baik saja. Ada kalanya terjadi tegangan akibat konfl ik sosial antarwarga. Dalam komunitas atau masyarakat yang masih memegang teguh kerukunan hidup bersama memiliki cara khas untuk merukunkan kembali warga yang bersitegang dalam suatu acara tradisi tertentu. Acara adat rekonsiliasi ditutup dengan makan bersama dan memainkan musik bersama.
Di beberapa kampung ada kebiasaan menggelar pentas musik tradisional kesukaan warga setelah selesai pemilihan kepala desa. Ketegangan antarpendukung calon pemimpin daerah tentu tidak bisa secepat kilat bisa normal kembali setelah pemilihan selesai. Pesan-pesan kerukunan kembali dan kerjasama biasa disampaikan di sela-sela penampilan musik. Isi karya musik tradisional yang disajikan juga kental berisi pesan-pesan menerima perbedaan, melupakan perseteruan dan semangat membangun kerukunan dan kerjasama.
9. Menyampaikan kritik membangun secara santun dan indah
Sudah menjadi rahasia umum bahwa tidak semua kritik kepada pihak lain yang berwibawa atau pejabat pemerintah mudah disampaikan. Namun itikad membangun juga tidak bisa dipadamkan begitu saja. Para penggubah musik tradisi mencipta karya musik yang bisa digunakan untuk melancarkan kritik tanpa melukai. Semua pihakl yang dikritik mendengarkan dengan nyaman dan menikmati keindahan karya musiknya, sekaligus menyadari pesan yang disampaikannya tanpa mendapat malu.
Kritik tidak selalu ditujukan kepada penguasa, bisa juga disampaikan kepada kelompok masyarakat yang dianggap tidak baik menurut ukuran norma sosial, tetapi disegani. Misalnya, pesan-pesan agar tidak berlebihan atau berlarut-larut melakukan kejahatan moral. Mungkin saja kelompok masyarakat yang dibidik justru ikut memainkan musiknya. Mereka bermain musik sambil mengalami otokritik. Kritik sosial melalui musik tradisional setidaknya mudah untuk menyampaikan pesan perbaikan masalah tanpa menimbulkan persoalan baru di tengah masyarakat.
Memang, pesan-pesan kritis belum tentu seketika mengubah keadaan. Namun, kewajiban sosial untuk perubahan senantiasa tidak pernah padam. Ini pertanda bahwa kesehatan sosial ada yang menjaga, kemauan lebih baik ada di dalam masyarakat. Perubahan terjadi tergantung kepekaan dan kesediaan berubah pada pihak yang mendapat kritik. Orang bebal, jangankan hanya disindir dengan karya musik, sudah jelas-jelas terbukti bersalah dan dihukum penjara saja belum tentu mau berubah.
Comments
Post a Comment