TEKNIK MENYUSUN NASKAH LAKON
TEKNIK MENYUSUN NASKAH LAKON
Ditulis oleh AkbarPagala
Teknik dalam menyusun naskah lakon pada dasarnya adalah
menuliskan sebuah lakon tentang kehidupan yang bersumber naskah lakon tertulis
atau tidak ditulis secara hukum sastra drama. Naskah lakon dibentuk dan bangun
melalui lakon yang memiliki konflik. Kehadiran konflik dalam sebuah lakon
teater memiliki sifat yang mutlak maka dari itu, Jika di dalam sebuah lakon
tidak mengandung unsur konflik maka secara langsung telah mengaburkan esensi
dari lakon teater atau drama itu sendiri sebab inti dari drama adalah sebuah
konflik.
Di dalam praktik menyusun naskah lakon, diperlukan suatu cara
atau teknik penuangan gagasan dalam model atau bentuk tulisan. Adapun beberapa
cara yang digunakan dalam kreativitas menyusun naskah lakon dilakukan dengan
cara menerjemahkan, mengadaptasi, menyadur dan menyanggit.
1. Teknik Menterjemahkan Naskan Lakon.
Menterjemahkan merupakan salah satu cara atau teknik dalam
proses penyusunan naskah lakon untuk proses pemenuhan pengadaan lakon dalam
teater. Pada kenyataanya suatu kisah atau lakon hasil terjemahan sangat untuk
didaptkan terlebih lagi menganai lakon dengan bahasa asing. Maka dari itu,
bentuk pementasan atau kisah satu –satunya hanya ada di Indonesia, dan salah
satu yang mendekati kisah lakon asing yaitu Opera.
Terjemahan dapat diartikan dengan mengalihkan bahasa atau
translate dari bahasa asing ke dalam bentuk bahasa Indonesia atau pula
sebaliknya, bisa pula bahasa Indonesia baku di terjemahkan kedalam bahasa
daerah seperti Sunda, Jawa, Bugis dan lainnya begitu pula sebaliknya.
Syarat awal bagi seorang penulis dalam menerjemahkan sebuah
lakon yaitu harus memahami dan menguasai bahasa serta utamanya perlu menguasai
teknik menyusun naskah lakon yang dijadikan sebagai senjata utama atau kurang
lebih lebih sebagai pisau bedahnya.
Kegiatan yang memungkinkan dalam menterjemahkan suatu naskah
lakon, dengan cara mengalihbahasakan lakon berbahasa Sunda atau bahasa lainnya
ke dalam bahasa Indonesia atau pula melakukan sebaliknya seperti mentranslate
laon teater berbahasa Indonesia kedalam bahasa daerah masing-masing.
2. Teknik Adaptasi dalam Naskah Lakon.
Secara harfiah, Adaptasi dapat diartikan sebagai menyesuaikan
atau penyesuaian diri sesuai dengan sutuasi, kondisi, dan kebutuhan yang di
hadapi. Adaptasi dalam hubungannya dengan naskah lakon merupakan teknik
menyusun naskah lakon yang bisa dimanfaatkan untuk melengkapi perbendaharaan
naskah lakon seni teater yang bersumber dari cerita atau kisah aau lakon yang
ada dan pernah tumbuh dan berkembang di daerah.
Mengadaptasikan naskah sastra drama atau lakon teater pada
proses kreatifnya bisa dilakukan dengan cara – cara berikut seperti; meminjam
kandungan isi tematik dan struktur lakon dari naskah aslinya. Namun, lakon
dalam naskah tersebut dapat disesuaikan dengan setting yang dikehendaki kreator.
Dengan demikian, teknik adaptasi lakon dapat dilakukan dengan cara meminjam
bentuk atau warna dengan sumber carita dari naskah lakon karya bangsa lain atau
karya etnik lain di Indonesia.
3. Teknik Sadur dalam Naskah Lakon.
Pengertian Sadur adalah teknik menyusun naskah dengan cara
mengubah sebagian unsur karya orang lain menjadi karya kita, namun dengan tidak
menghilangkan atau merusak unsur-unsur pokok lakon dari pengarangnya. Lakon
saduran dengan tidak mencantumkan sumber cerita dan pengarang aslinya dapat
disebut dengan plagiat (mencaplok atau mengakui karya orang lain sebagai
karyanya).
Contohnya, mengubah lagu dengan mengaransemen warna musik yagn
tidak sama dengan musik aslinya tetapi syair lagu tetap sama, misalnya lagu pop
diubah kedalam musik dangdut atau di kontenporerkan menjadi popdangdut.
Teknik menyadur dalam konteks cerita kedalam bentuk lakon dapat
dilakukan dengan mngubah sumber cerita yang ada, yakni apakah itu dari cerita
dongeng, puisi, prosa, hikayat, legenda, sejarah atau sumber lainnya yagn
diangkat dan dituangkan kedalam bentuk naskah lakon teater.
4. Teknik Sanggit dalam Naskah Lakon.
Istilah sanggit dalam kamus besar bahasa Indonesia mengandung
pengertian bergeser atau menggeser sesuatu tetapi dalam satu hal yang sama.
Seperti bambu berderik apabila terjadi gesekan dengan bambu yang lainnya atau
gigi yang menderik apa bila bergesekan dengan gigi yang lainnya.
Sanggit dalam hubungannya dengan menyusun naskah lakon tidak
sama dengan teknik Sadur sebab Sanggit lebih bermakna membuat atau menyusun
cerita atau lakon bersifat baru, tetapi tidak lepas dari lakon atau cerita
aslinya. Dapat juga dikatakan bahwa Sanggit adalah proses mengembangkan cerita
dari tematik yang ada atau pengembangan lakon dari sebuah adegan atau babak
didalam lakon sehingga lakon yang disusun benar-benar baru dan tidak sama
dengan lakon asli yang kita jadikan sumber gagasan lakon baru.
Kapan kita melakukan teknik Sanggit tersebut? Tidak semua sumber
cerita dapat dijadikan sebagai sumber penulisan lakon teater. Artinya, dalam
prosesnya, Sanggit hanya dpat dilakukan pada cerita kisah yang memungkinkan
terjadinya pengembangan lakon atau cerita ke arah suatu peristiwa dramatik,
yakni memiliki usnur konflik penokohan cerita atau lakon yang jelas sebab
Konflik dalam lakon merupakan inti dari cerita atau kisah itu sendiri. Naskah
lakon tanpa ada unsur konflik didalamnya maka akan cenderung datar, tidak
menarik, sebab cerita tidak akan mengandung muatan emosi dari pesan moral yang
ingin disampaikan.
Proses penyusunan naskah lakon dengan teknik Sanggit bisa
dilakukan kapan saja, artinya dalam prosesnya dapat dilakukan dengan durasi
waktu yang lama atau pula sebentar saja yang ditentukan dengan kesiapan pembuat
naskah untuk memulai penyusunan naskah lakon.
Setiap dari kita memiliki dya khayal terhadap tematik carita
atau lakon yang bergantung pada kepekaan atau sensitivitas masing – masing
orang, bersifat private, tidak dapat dipaksakan, atau berlarut-larut dan
mengalir begitu saja hingga menjadi sampah.
Maka dari itu, untuk membangun daya khayal dan kepekaan menyusun
naskah lakon, anda harus banyak – banyak mengapresiasi suatu pementasan teater
atau membaca karya sastra orang lain dengan memperhatikan kejadian, peristiwa
yang ada atau nampak disekitar taupun konteks pementasan teater agar dapat
menjadi rangsangan dalam menyusun naskah lakon teater.
Dalam menyusun naskah lakon pun tidak meski harus rumit atau
susah untuk dituangkan, apalagi dalam bentuk lakon yagn panjang hingga beberapa
babak. Dengan tema sederhana itu sudah cukup, namun dituangkan dalam teknik
menyusun naskah yang tepat, menarik, dan komunikatif dan jangan lupa unsur
konfliknya.
Demikian penjelasan singkat tentang teknik menyusun naskah lakon tersebut diatas, semoga bermanfaat dan terimakasih.
Comments
Post a Comment