TEKNIK MENYUSUN NASKAH TEATER TRADISIONAL

 TEKNIK MENYUSUN NASKAH TEATER TRADISIONAL


1. Teknik Menterjemahkan Naskan Lakon.

Menterjemahkan merupakan salah satu cara atau teknik dalam proses penyusunan naskah lakon untuk proses pemenuhan pengadaan lakon dalam teater. Pada kenyataanya suatu kisah atau lakon hasil terjemahan sangat untuk didaptkan terlebih lagi menganai lakon dengan bahasa asing. Maka dari itu, bentuk pementasan atau kisah satu –satunya hanya ada di Indonesia, dan salah satu yang mendekati kisah lakon asing yaitu Opera.

Terjemahan dapat diartikan dengan mengalihkan bahasa atau translate dari bahasa asing ke dalam bentuk bahasa Indonesia atau pula sebaliknya, bisa pula bahasa Indonesia baku di terjemahkan kedalam bahasa daerah seperti Sunda, Jawa, Bugis dan lainnya begitu pula sebaliknya. 

Syarat awal bagi seorang penulis dalam menerjemahkan sebuah lakon yaitu harus memahami dan menguasai bahasa serta utamanya perlu menguasai teknik menyusun naskah lakon yang dijadikan sebagai senjata utama atau kurang lebih lebih sebagai pisau bedahnya.

Kegiatan yang memungkinkan dalam menterjemahkan suatu naskah lakon, dengan cara mengalihbahasakan lakon berbahasa Sunda atau bahasa lainnya ke dalam bahasa Indonesia atau pula melakukan sebaliknya seperti mentranslate laon teater berbahasa Indonesia kedalam bahasa daerah masing-masing.

2. Teknik Adaptasi dalam Naskah Lakon.

Secara harfiah, Adaptasi dapat diartikan sebagai menyesuaikan atau penyesuaian diri sesuai dengan sutuasi, kondisi, dan kebutuhan yang di hadapi. Adaptasi dalam hubungannya dengan naskah lakon merupakan teknik menyusun naskah lakon yang bisa dimanfaatkan untuk melengkapi perbendaharaan naskah lakon seni teater yang bersumber dari cerita atau kisah aau lakon yang ada dan pernah tumbuh dan berkembang di daerah.

Mengadaptasikan naskah sastra drama atau lakon teater pada proses kreatifnya bisa dilakukan dengan cara – cara berikut seperti; meminjam kandungan isi tematik dan struktur lakon dari naskah aslinya. Namun, lakon dalam naskah tersebut dapat disesuaikan dengan setting yang dikehendaki kreator. Dengan demikian, teknik adaptasi lakon dapat dilakukan dengan cara meminjam bentuk atau warna dengan sumber carita dari naskah lakon karya bangsa lain atau karya etnik lain di Indonesia.


3.  Teknik Sadur dalam Naskah Lakon.

Pengertian Sadur adalah teknik menyusun naskah dengan cara mengubah sebagian unsur karya orang lain menjadi karya kita, namun dengan tidak menghilangkan atau merusak unsur-unsur pokok lakon dari pengarangnya. Lakon saduran dengan tidak mencantumkan sumber cerita dan pengarang aslinya dapat disebut dengan plagiat (mencaplok atau mengakui karya orang lain sebagai karyanya).

Contohnya, mengubah lagu dengan mengaransemen warna musik yagn tidak sama dengan musik aslinya tetapi syair lagu tetap sama, misalnya lagu pop diubah kedalam musik dangdut atau di kontenporerkan menjadi popdangdut.

Teknik menyadur dalam konteks cerita kedalam bentuk lakon dapat dilakukan dengan mngubah sumber cerita yang ada, yakni apakah itu dari cerita dongeng, puisi, prosa, hikayat, legenda, sejarah atau sumber lainnya yagn diangkat dan dituangkan kedalam bentuk naskah lakon teater.


4. Teknik Sanggit dalam Naskah Lakon.

Istilah sanggit dalam kamus besar bahasa Indonesia mengandung pengertian bergeser atau menggeser sesuatu tetapi dalam satu hal yang sama. Seperti bambu berderik apabila terjadi gesekan dengan bambu yang lainnya atau gigi yang menderik apa bila bergesekan dengan gigi yang lainnya.

Sanggit dalam hubungannya dengan menyusun naskah lakon tidak sama dengan teknik Sadur sebab Sanggit lebih bermakna membuat atau menyusun cerita atau lakon bersifat baru, tetapi tidak lepas dari lakon atau cerita aslinya. Dapat juga dikatakan bahwa Sanggit adalah proses mengembangkan cerita dari tematik yang ada atau pengembangan lakon dari sebuah adegan atau babak didalam lakon sehingga lakon yang disusun benar-benar baru dan tidak sama dengan lakon asli yang kita jadikan sumber gagasan lakon baru.

Kapan kita melakukan teknik Sanggit tersebut? Tidak semua sumber cerita dapat dijadikan sebagai sumber penulisan lakon teater. Artinya, dalam prosesnya, Sanggit hanya dpat dilakukan pada cerita kisah yang memungkinkan terjadinya pengembangan lakon atau cerita ke arah suatu peristiwa dramatik, yakni memiliki usnur konflik penokohan cerita atau lakon yang jelas sebab Konflik dalam lakon merupakan inti dari cerita atau kisah itu sendiri. Naskah lakon tanpa ada unsur konflik didalamnya maka akan cenderung datar, tidak menarik, sebab cerita tidak akan mengandung muatan emosi dari pesan moral yang ingin disampaikan. 

Proses penyusunan naskah lakon dengan teknik Sanggit bisa dilakukan kapan saja, artinya dalam prosesnya dapat dilakukan dengan durasi waktu yang lama atau pula sebentar saja yang ditentukan dengan kesiapan pembuat naskah untuk memulai penyusunan naskah lakon.

Setiap dari kita memiliki dya khayal terhadap tematik carita atau lakon yang bergantung pada kepekaan atau sensitivitas masing – masing orang, bersifat private, tidak dapat dipaksakan, atau berlarut-larut dan mengalir begitu saja hingga menjadi sampah.


Maka dari itu, untuk membangun daya khayal dan kepekaan menyusun naskah lakon, anda harus banyak – banyak mengapresiasi suatu pementasan teater atau membaca karya sastra orang lain dengan memperhatikan kejadian, peristiwa yang ada atau nampak disekitar taupun konteks pementasan teater agar dapat menjadi rangsangan dalam menyusun naskah lakon teater.

Comments

Popular Posts